B. Indonesia

Pertanyaan

cerita mantra tua noc sumggle

1 Jawaban

  • Mantera Buku Tua Noc Smuggle
    Krek

    Suara derit pintu terdengar diikuti oleh langkah kaki. Suasana sangat sunyi di pagi buta yang masih gelap itu. Saat lampu dinyalakan, terlihatlah sesosok gadis yang memakai sweater merah muda dengan rambut panjang terurai. Ia menuju ke lemari tua yang berada di ujung gudang dan mengambil sebuah buku kuno yang berdebu. Kemudian ia duduk di sebuah sofa yang warna hijaunya sudah pudar dan mulai membuka buku tersebut. Lembar demi lembar ia baca sambil sesekali mengernyitkan dahi karena tulisan di buku tersebut tak mudah dimengerti. Di halaman berikutnya, terlihat gadis itu sedang membaca suatu tulisan yang ada di buku kuno itu dengan serius. Dari kejauhan terlihat sebuah sinar yang berasal dari sebuah pohon apel tua dan dalam sekejap gadis tersebut hilang.

    Merdunya kicauan burung yang sedang bertengger manis di sangkar milik kakek membuat Joshua terbangun. Udara pagi di desa ini terasa lebih dingin dibandingkan di kota. Ia melangkahkan kaki menuju jendela yang terletak di timur ranjang tidur. Setelah ia membukanya, terlihat sebuah pemandangan kebun buah yang sangat indah. Semangka, stroberi, melon, apel, dan masih banyak lagi. Joshua sangat terkesan dengan panorama di desa kakeknya. Desa kecil dengan penduduk yang minim yang sangat subur. Joshua melangkahkan kaki pergi dari kamarnya menuju kamar kakak laki-lakinya. Joddie masih terlihat pulas dengan selimut yang menghangatkan tubuhnya. Lalu ia melangkah lagi menuju kamar adik perempuannya, Callie. Kamarnya kosong, tak ada Callie di sana. Mungkin Callie sudah bangun, pikirnya.

    “Kakek lihat Callie tidak?” tanya Joshua. Kakek menggeleng.
    “Callie juga tidak ada di kamarnya Kek. Dia pergi ke mana ya?” tanyaku mulai khawatir.
    “Ke mana Callie pagi-pagi seperti ini? Atau jangan-jangan..” gumam kakek lirih, seperti mengetahui sesuatu.
    Joshua mengernyitkan dahi. “Jangan-jangan apa Kek?”
    “Emm.. jangan-jangan di kebun stroberi, coba kau cari dia ke sana,” kata kakek mengalihkan pertanyaan.

    Joshua mulai menyusuri kebun stroberi kakek yang terletak lumayan jauh. Namun pemandangan dari kebun stroberi sangat indah. Seringkali Callie pergi ke sana bersama Joshua. Namun sampai di sana ia juga tak menemukan Callie. Ia mendesah, sedih. Di mana adik kesayangannya itu? Pikirannya mulai diliputi kebingungan. Matahari sudah menampakkan dirinya lebih tinggi. Panas mulai menyengat. Joshua duduk di bawah pohon apel tua, bersandar. Tanpa disadari, pohon tersebut bersinar yang membuat Joshua masuk ke dalam pohon tersebut. Ia jatuh menuju ke bawah. Semakin lama semakin gelap. Joshua hanya bisa berteriak ketakutan. Tanpa disadari, ia sudah mendarat di sebuah tempat dengan alas yang sangat empuk. Di dalam sangat gelap sekali. Namun ada secercah cahaya di depan matanya. Mau tidak mau ia harus berjalan ke arah cahaya tersebut agar ia tahu di mana ia berada.

    Sumber cahaya dari tempat gelap yang ternyata gua itu adalah sebuah tempat yang luar biasa indah. Joshua sangat mengagumi keindahan tempat itu. Ia mulai menyusuri jalan yang dipenuhi rumput yang bersinar. Tanpa ia sadari, ratusan mata sedang memperhatikannya. “Kita dalam bahaya!” seru sebuah suara. Joshua yang mendengarnya menoleh ke sekeliling. Tak ada siapa pun. Lalu ia memperhatikan bahwa daun-daun di sekelilingnya bergemerisik. Tiba-tiba makhluk hijau berukuran kecil mulai ke luar dari tempat persembunyiannya dan mendekati Joshua. Jumlah mereka sangat banyak. “Bencana akan datang! Seorang manusia telah membaca mantera di buku kami dan telah menghidupkan Morta kembali!” seru makhluk kecil yang berada di paling depan. Joshua masih tak mengerti. Bencana apa? mantera apa? Dan siapa itu Morta?

    “Aku? Aku tak pernah membaca sebuah mantera apa pun! Aku tak mengerti apa yang sedang kalian bicarakan!” jelas Joshua, ia memang tak mengerti apa yang mereka sedang bicarakan.
    “Lalu siapa kalau bukan kau?” tanya makhluk hijau itu.
    “Mana ku tahu. Yang jelas bukan aku!” pekik Joshua sambil duduk di sebuah batu.
    Joshua berpikir sejenak. Jika bukan dia, lalu siapa yang membaca mantera tersebut? Apa mungkin.. Callie!
    “Mungkin Adik perempuanku yang membaca mantera tersebut. Karena dialah seseorang yang sangat ingin tahu dari kami. Apa yang harus aku lakukan untuk menemukan Adikku kembali?” tanya Joshua sambil berpikir cemas.

    “Lenyapkan Morta dengan pedang ini. Adikmu pasti sedang dalam bahaya. Hati-hati jika kau berada di sana. Ikuti kata hatimu, jangan ikuti nafsumu. Akan ada mata-mata Morta di sepanjang jalan. Jadi pesanku, berhati-hatilah,” jelas makhluk tersebut sambil menyerahkan sebuah pedang. Joshua bergidik melihat pedang tersebut. Ia saja belum pernah memegang pedang, apalagi menggunakannya untuk membunuh seseorang? Namun ia harus tetap melakukannya demi adiknya. “Baiklah. Siapa yang akan membantuku?” tanya Joshua sambil melirik ke arah makhluk hijau tersebut. “Kami, Noc Smuggle tidak bisa membantumu karena kami tidak bisa memasuki daerah kekuasaan Morta,” jelas Noc Smuggle yang bernama Vodo.

Pertanyaan Lainnya